Fakta yang merisaukan komunitas antarabangsa ialah betapa cepatnya suhu berubah sekarang ini, kecepatan perubahan yang tidak pernah berlaku di zaman dahulu. Sejak hujung kurun ke-19, lebih kurang dalam seratus tahun saja, suhu purata telah naik 0.6 darjah. Simulasi komputer pula menunjukkan bahawa pemanasan akan menjadi lebih cepat dan suhu akan meningkat sebanyak 1.4 hingga 5.8 darajat pada hujung abad ke-21. Fenomena ini kita panggil pemanasan global.
Sejak 150 tahun yang lepas, glasier di banjaran gunung Alps, seperti glasier Aletsch di Switzerland, telah hilang separuhnya
Seperti yang telah ditunjukkan, pemanasan global menyebabkan gletser mencair dan air laut meningkat sebanyak beberapa puluh sentimeter. Ketebalan es di kutub juga menjadi kurang. Sejak abad ke-21, fenomena ini meningkat semakin cepat, dimana kesannya kelihatan semakin ketara, terutamanya peningkatan tahap air laut dan perubahan cuaca secara ekstrim yang melibatkan kemarau dan kitaran presipitasi yang dahsyat.
Kesan ini dapat dirasai oleh manusia dengan sering terjadinya banjir, kemarau panjang, kekurangan air minum, penyakit malaria, berkurangnya zona tepi laut. Dalam jangka masa yang panjang, dengan pencairan es di Greenland yang menyebabkan air laut naik sebanyak 6 meter, kita dapat meramalkan kehilangan sebahagian besar zona tepi laut dunia.
Dihadapkan dengan ancaman tersebut dan keperluan usaha untuk menangani masalah ini, komunitas antarabangsa sangat menanggapi serius masalah ini. Protokol Kyoto telah dirundingkan dalam tahun 1997 bertujuan untuk memaksa negara industri untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengurangkan pencemaran udara sehingga dapat mengurangi efek gas rumah kaca. Hasil dari keputusan Kyoto, Russia akan ikut serta dalam protokol ini, usaha ini mungkin akan membawakan sebuah hasil yang baik. Namun, tanpa peran serta Amerika Serikat, sebagai penghasil polutan udara terbesar di dunia. Protokol ini hanya akan menemui jaan buntu. Oleh karena itu, bencana yang amat dahsyat masih mengancam bumi kita.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek gas rumah kaca sangat diperlukan, dengan adanya efek gas rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek gas rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek gas rumah kaca.
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek gas rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut meluap dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek gas rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.
Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar